Di era globalisasi yang marak di semua negara ini, kadang membawa sisi baik namun tak luput pula membawa sisi buruk pada moral serta etika para penduduk di negara tersebut bahkan lebih menyerang para generasi penerus bangsa.
Selain itu bukan hanya Globalisasi yang begitu menyerang setiap negara, bahkan kita bisa mengambil contoh lebih dekat. Iya, contohnya dinegara kita sendiri ini, berbagai budaya dari 33 provinsi dari 17 ribu pulau pun pasti berbeda-beda. Untuk merukunkannya kita pun tidak hanya bisa berdiam diri menunggu mereka rukun sendiri, bahkan diera sekarang masih banyak tawuran yang terjadi antar budaya. Walaupun negara kita ini terkenal dengan asas Kekeluargaan dan Kemusyawarahannya. Namun jika semua itu tak dilandasi dengan perhatian yang banyak, maka semua itu hanyalah sebuah kata-kata indah yang menghiasi nama Indonesia sebagai negara.
Maka dari itu dahulu para pendahulu kita mungkin telah meramalkan kejadian ini, dan membuat suatu lambang pemersatu dari beribu-ribu budaya atau istilah kerennya multikultur. Menciptakan suatu semboyan yang dapat menyatukan beribu-ribu macam budaya, membuat suatu lambang yang bisa menyatukan beribu-ribu ras.
Namun di zaman sekarang, peran lambang bangsa peran semboyan bangsa harus kembali diperhatikan dan ditanamkan dalam jiwa para pemuda dan seluruh penduduk bangsa yang semakin mulai mengalami kehancuran ini jika tidak melalukan perubahan dengan banyaknya kultur yang berbeda pendapat dan ditambah masuknya budaya asing yang tanpa diseleksi, karena ini dapat sembarangan masuk dan bercampur dengan budaya lokal.
Seperti apa yang telah bung Hatta katakan “Lebih mudah melawan penjajah untuk merdeka, daripada harus melawan bangsa sendiri”
Mari coba kita pahami nilai-nilai yang terkandung dalam tiap sila di dalam Pancasila itu :
(-) Sila Pertama (Ketuhanan Yang Maha Esa) mengandung banyak nilai disana yaitu :
- Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan ketaqwaannya terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
- Bangsa Indonesia menerapkan saling menghormati kebebasan menjalankan ibadahnya sesuai dengan keyakinan masing-masing
- Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah yang menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.
- Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa kepada orang lain.
- Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
- Mempunyai azas yang tinggi tentang menjunjung nilai kemanusiaan
- Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia.
- Berani membela kebenaran dan keadilan.
- Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama dengan bangsa lain.
(-) Sila Ketiga (Persatuan Indonesia) mengandung banyak nilai disana yaitu :
- Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa apabila diperlukan.
- Mengembangkan rasa cinta terhadap tanah air dan bangsa
- Menciptakan rasa persatuan dan kesatuan antar masyarakat
- Menciptakan rasa rela berkorban demi negara
- Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
(-) Sila Keempat (Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksaan dalam permusyawaratan
perwakilan) mengandung banyak nilai disana yaitu :
- Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia Indonesia mempunyai kedudukan, hak dan kewajiban yang sama.
- Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan.
- Tidak memaksakan kehendak pribadi
- Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai sebagai hasil musyawarah.
- Mengutamakan kepentingan kelompok daripada pribadi
yaitu :
- Mengembangkan perbuatan yang luhur, yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan.
- Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang bersifat pemerasan terhadap orang lain.
- Suka memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat berdiri sendiri.
- Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
- Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bersifat pemborosan dan gaya hidup mewah.
Kadang melawan apa yang ada dinegara kita ini terlalu susah jika kita tidak berpaku pada demokrasi Pancasila, berbagai macam ras tidak semudah disatukan semudah membalik telapak tangan.
Tidak hanya satu dua masalah yang membuat negara kita timbul konflik, bukan cuma satu masalah yang bisa terselesaikan.
Dan sungguh mengecewakan kondisi pemuda kita jaman sekarang ini, terlalu banyak dampak globalisasi dari negri lain yang dapat mereka serap sehingga meninggalkan budaya kita, ya budaya kita, contoh : seperti sopan santun anak muda terhadap orangtua/guru.
Di era sekarang rasa menghormati antar anak muda dengan guru semakin memuncit dan hampir tidak ada sama sekali. Kita harus kembali membangkitkan rasa kehormatan itu kembali. Tanamkan jiwa rasa orang terdahulu yang masih mengenal dan menimbang nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila
Pancasila adalah salah satu lambang negara kita, yang mungkin hanya berbentuk burung garuda namun bisa menyatukan berbagai ras.
Namun, apakah pemuda kita masih peduli dengan budaya yang ada di Indonesia, negeri yang penuh akan budaya. Tarian, Baju, Rumah adat dan banyak lagi. Namun mengapa para pemuda kita malah lebih bangga terhadap budaya bangsa lain ? kenapa jika tidak menggunakan budaya bangsa lain kita merasa katrok atau yang biasanya disebut ketinggalan jaman?
Mulai sekarang marilah kita coba bangun kembali identitas sang Pancasila didepan dan melekatkannya kepada jiwa para Pemuda kita, jika kita telat mengambil alih dan memperbaikinya, maka identitas sang lambang bangsa akan segera punah dan semakin terabaikan dengan semakin banyaknya budaya asing yang masuk kedalam negeri kita ini.
Dan mungkin nanti, anak cucu kita pun sudah tidak mengetahu apa dasar-dasar nilai yang termuat di dalam Pancasila, yang sebenarnya diambil dari kebiasaan bangsa kita ini. Semuanya akan ditinggalkan begitu saja tanpa menyisakan bekas apapun.
Mengikuti arus globalisasi memang penting, namun tidak semuanya dapat kita serap secara bebarengan, kita harus menimang nimangnya terlebih dahulu sebelum kita salah tindakan. Seperti gaya pakaian yang semakin senonoh, dan mungkin mulai digemari para pemuda kita. Padahal dalam Pancasila diajarkan untuk sopan santun. Karena nilai-nilai yang terdapat pada Pancasila sudah tidak usah diragukan lagi kebenarannya dan keserasaiannya dengan masyarakat Indonesia.
Maka dari itu, harapan kita kelak hanyalah dibahu para pemuda kita, dan seharusnya mulai dari sekarang marilah kita tanamkan jiwa Pancasila dalam seluruh jiwa pemuda bangsa Indonesia. Sebelum terdapat kata terlambat didalamnya, dan sebelum negara kita semakin terpengaruh dengan globalisasi ini yang semakin tidak bisa dikendalikan sama sekali.
(Dewi, peserta lomba blog Pusaka Indonesia 2013)
Posting Komentar